Kisah Wafatnya Ayahanda Habib Syech Assegaff


Kisah Wafatnya Ayahanda Habib Syech Assegaff yang Meninggal Saat Menjadi Imam Shalat Jum'at
Siapa yang tak kenal dengan seorang ulama kondang Habib Syech Assegaff. Hampir semua umat islam di Indonesia mengenal beliau. Jamaah pengajiannya yang mencapai ratusan ribu bahkan jutaan di Indonesia selalu menanti-nantikan kedatangan Habib Syech di kota mereka. Bahkan tak hanya di Indonesia, Jamaah Pengajian Sholawat Habib Syech juga ada di Singapura, Taiwan, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Namun, tahukah anda ? . Di balik sosok sederhanan nan religius Habib Syech Assegaff tersebut, ada seseorang yang sangat berjasa bagi beliau yakni Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaff yang tak lain dan tak bukan adalah Ayahanda dari Habib Syech Assegaff.
Beliau adalah seorang ayah sekaligus guru pertama bagi Habib Syech dalam mendalami ilmu agama. Habib Abdul Qadir Assegaff juga merupakan Imam Masjid Jami' Assegaff di Solo.
Ada sebuah cerita mengharukan tentang Wafatnya Ayahanda Habib Syech Assegaff yang Meninggal Saat Menjadi Imam Shalat Jum'at. Kisah ini diceritakan oleh Habib Habil bin Husin Nabil :
Shaf pertama terlihat sudah penuh dan berdesak-desakan. Namun, Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf mengisyaratkan kepada Habib Najib bin Thoha Assegaf agar maju ke shaf pertama di belakang beliau.
Melihat shaf pertama yang telah penuh dan berdesakan-desakan, Habib Najib bin Thoha berkata, “Shaf pertama telah penuh, wahai Habib.”
Mendengar jawaban itu, Habib Abdul Qadir menjawab dengan penuh kewibawaan, “Wahai anakku, majulah, engkau tidak mengetahui maksudku!”
Jawaban itu menjadikan Habib Najib bin Thoha spontan maju ke shaf pertama, walaupun harus memaksakan diri mendesak shaf yang telah penuh itu. Habib Abdul Qadir pun bertakbir. “Allahu Akbar”.
Shalat Jum’at mulai didirikan. Habib Abdul Qadir membaca surah al-Fatihah, lalu membaca surah setelahnya dalam keadaan menangis. Di raka’at kedua pada sujud terakhir, beliau tak kunjung bangkit dari sujudnya. Suara nafasnya terdengar dari speaker masjid.
Karena sujud itu sudah sangat lama, maka Habib Najib bin Thoha memberanikan diri untuk menggantikan beliau dan bangkit dari sujud sambil mengucap, “Allahu Akbar”. Setelah menyelesaikan bacaan tasyahud (tahyat) akhir, Habib Najib bin Thoha membaca salam untuk mengakhiri shalat.
Para jama’ah berhamburan lari ke depan ingin mengetahui apa yang terjadi pada Habib Abdul Qadir.
Saat itu mereka mendapati Habib Abdul Qadir masih dalam keadaan bersujud. Lalu tubuh yang bersujud itu dibalik oleh para jama’ah, dan terlihatlah wajah Habib Abdul Qadir Asssegaf.
Masya Allah, setiap orang yang melihat wajah beliau, menitikkan air mata. Bagaimana tidak menitikkan air mata? Mereka melihat wajah Habib Abdul Qadir tersenyum dengan jelas sekali, tersenyum bahagia.
Habib Abdul Qadir wafat dalam keadaan menikmati amal yang paling terindah.
Di saat melakukan ibadah yang teragung yaitu shalat. Mendirikan shalat itu dalam kondisi yang terutama, yaitu shalat berjama’ah.
Melakukan shalat yang bermuatan besar, yaitu shalat Jum’at. Pada saat melaksanakan rukun shalat yang terutama, yaitu sujud.
Dalam posisi yang terpenting, yaitu sebagai imam shalat Jum’at. Di tempat yang paling utama, yaitu masjid. Di hari yang paling utama, yaitu hari Jum’at. Subhanallah…..

Komentar